RAGEM – Hasil survei daerah tempat tinggal siswa yang dilaksanakan SMPN 1 Cibalong menunjukkan banyak siswa yang tinggal di wilayah rawan bencana seperti banjir dan longsor. Data ini semakin meningkatkan kewaspadaan dini SMPN 1 Cibalong Kabupaten Garut dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang aman dan nyaman di musim penghujan saat ini. Terlebih lokasi SMPN 1 Cibalong terletak sekira 600 meter dari bibir pantai dengan ketinggian 32 mdpl.
Kondisi cuaca yang tidak menentu dengan intensitas curah hujan tinggi saat ini pun, kata Kepala SMPN 1 Cibalong, Ridwan, S.Pd disela aktivitasnya, Rabu (26/10/2022) mendapat perhatian serius dari Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, seraya mengingatkan setiap sekolah untuk mewaspadainya. “Disampaikan melalui pesan WhatsApp dan surat edaran,” jelasnya.
Surat pertama disampaikan Kadisdik, lanjut Ridwan Nomor DK.04/2770/Disdik tanggal 21 Oktober 2022 tentang himbauan penundaan kegiatan belajar di luar sekolah (Alam terbuka), disusul surat kedua tanggal 26 Oktober 2022 Nomor DK.04/2776/Disdik tentang himbauan alternatif PBM daring efek cuaca ekstrim.
Menyadari bahaya yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrim, efeknya dapat membahayakan keselamatan siswa. Selain mensosialisasikan kewaspadaan menghadapi bencana. papar Ridwan, sekaligus mengingatkan seluruh stakeholder untuk tidak melakukan kegiatan di luar lingkungan sekolah.
Bahkan tindakan riil kerap dilakukan saat bencana terjadi, ujar Ridwan, seperti pada peristiwa bencana banjir menimpa beberapa titik di wilayah Kecamatan Cibalong dengan memberikan bantuan kepada siswa terdampak demi menjaga kelangsungan belajarnya. “Kita melakuan asesmen dan mendata siswa terdampak bencana terlebih dahulu,” jelasnya.
Senada disampaikan Pembina OSIS SMPN 1 Cibalong, Robby Nur Awaluddin, S.Pd dan Pembina Ekskul Paskibra, Dede Guntur Rustandi, S.Pd. Mereka sepakat untuk menyederhanakan pelaksanaan kegiatan ekskul di sekolahnya, sekaligus memperketat kontrol kegiatan.
Melalui CCTV yang diarahkan ke lingkungan sekolah, terang Robby, Kepala Sekolah maupun personal lainnya dapat memantau situasi yang terjadi di sekolah dan segera memberikan instruksi atau informasi apabila ada sinyalemen yang tidak sesuai dengan SOP pembinaan kesiswaan atau terjadi gejala alam yang membahayakan.
Kalaupun ekskul tetap dilaksanakan demi menjaga ritme pembinaan, terang Dede, selain memperhatikan kode alam, waktunya pun dipercepat serta berupaya memastikan keselamatan siswa, baik saat pergi maupun pulang mengikuti kegiatan. “Kami belum berani pulang sebelum memastikan semua siswa selamat sampai di rumahnya masing-masing,” aku Dede.
Terkait program sekolah penggerak dalam menjalankan projek penguatan profil pelajar Pancasila tema perubahan iklim global, diisi dengan pengolahan garam berbahan air laut, ungkap Robby, namun karena cuaca ekstrim, praktek pengukuran kadar air laut yang rencananya dilakukan di beberapa pantai Garut selatan pun, terpaksa ditunda.
Sedangkan tindak lanjut penanganan efek cuaca ekstrim sesuai surat edaran Kadisdik Garut, perihal himbauan alternatif PBM daring efek cuaca ekstrim. PKS Kurikulum SMPN 1 Cibalong, Moch. Gilang Zuliansyah, S.Pd menerjemaahkannya dengan bijak. Menurutnya apabila cuaca tidak mendukung, sekolah bisa menerapkan pembelajaran daring, namun ketika cuaca normal, pembelajaran berlangsung seperti biasa.
Sebagai langkah antisipatif, sesuai petunjuk dan arahan Kepala Sekolah, papar Moch. Gilang, saat ini pihaknya tengah menyusun jadwal PBM Alternatif dengan moda daring bila sewaku waktu diperlukan. “Namun sifatnya tentatif dan antisipatif, penerapannya pun disesuaikan dengan perkembangan situasi dan menunggu instruksi lebih lanjut,” tandasnya. (Roy)***
Leave feedback about this