RAGEM – Memasuki hari ke-4 pelaksanaan Training of Trainer (ToT) of Southeast Asia Climate Change Education Programme (SEA-CEP) fase 2 semakin seru.
Para peserta mulai menunjukkan tajinya dengan memperagakan best practice terkait projek antisipasi dampak perubahan iklim yang telah dilakukan di sekolahnya masing masing.
Terlebih bagi satuan pendidikan alumni ToT 1 berlabel Sekolah Berketahanan Iklim (SBI), seperti SMPN 2 Tanjungsari Sumedang, SD Karangpawitan V Karawang dan SMPN 1 Sayung Demak.
Para penyaji best practice peserta ToT SEA-CEP tahap 2
Bahkan meskipun baru mengikuti ToT tahap 2, SD Alam Pacitan telah terlebih dahulu unjuk gigi dan berhasil tampil sebagai peraih SEAMEO-Japan ESD Award tahun 2022 dengan tema lomba partnership.
Dalam gelar projek, Selasa (30/05/2023) dipandu tim academics SEAQIS, Dewi Mayang S, S.Pd, Kepala SMPN 2 Tanjungsari Sudrajat, S.Pd.,M.Pd didampingi Guru IPA, Helsy Elselia, M.Pd mempresentasikan SAKE-SAPO.
Aktivitas ini, beber Sudrajat, merupakan program penanaman Satu Kelompok Satu Pot (SAKE-SAPO). “Satu kelompok siswa terdiri dari empat atau lima orang menanam satu pohon Jeruk Santang,” jelasnya.
Para penyaji best practice peserta ToT SEA-CEP tahap 2
Di sekolahnya kini berjejer 300 pot berisi tanaman Jeruk Santang berumur satu tahun lebih. Program ini, ujar Sudrajat dilatarbelakangi kondisi sekolah yang memiliki lahan terbuka terbatas.
Setelah dilakukan penebangan pohon tua yang membahayakan lingkungan, dirasa gersang kurang tanaman. Solusinya, tandas Sudrajat dengan melakukan gerakan menanam pohon jeruk di dalam pot, ditempatkan di halaman sekolah.
Selain sekolahnya berada di wilayah agrikultur, namun meskipun mayoritas orang tua siswa berprofesi sebagai petani, buruh dan pedagang, ternyata anak anaknya kurang menyenangi pertanian.
Materi presentasi SAPO-SAKE SMPN 2 Tanjungsari Sumedang
Prosesnya, terang Sudrajat diawali dengan rapat dinas kebijakan pimpinan, membangun sinergitas dan mensosialisasikannya kepada komite sekolah dan orang tua siswa terkait pengadaan sarana prasarana.
Langah selanjutntnya membangun partnership dengan Balai Benih Hortikultura dan SMK PPN Tanjungsari serta membangun kemitraan dengan praktisi pertanian jeruk di Sumedang.
Tidak lupa pihaknya meminta dukungan dari Dinas Pendidikan Sumedang demi sukses program serta menyusun tim pengelola, terdiri dari guru dan tenaga kependidikan sebagai koordinator kelas 7,8 dan 9 serta membentuk koordinator bidang pengendalian hama.
Para pemateri pada ToT SEA-CEP tahap 2
Demi keberlangsungan hidup pohon jeruk yang ditanam, papar Sudrajat, para siswa bahu membahu merawatnya dengan melakukan penyiraman dan pemupukan secara rutin.
Perawatan awal setelah penanaman dilakukan pemupukan dengan teknik berbeda setiap tingkatan kelas. Kelas 7 menggunakan pupuk anorganik NPK dan Urea, diberikan setiap 2 pekan sekali.
Pemberian POC dari air rendaman kulit pisang dan tepung Cangkang Telur (POCT) diberikan secara bergilir sesuai jadwal setiap pekan kepada tanaman jeruk siswa Kelas 8.
Sedangkan perlakuan kepada tanaman Jeruk Santang siswa kelas 9 diberikan pupuk organik dan anorganik berselang setiap pekannya. “Ini merupakan pembanding bagian dari penelitian keberhasilan program,” terang Sudrajat.
Hal yang tidak kalah penting dari program ini, tutur Guru IPA sekaligus ketua program, Helsy Elselia, M.Pd adalah memberikan edukasi kepada siswa tentang fungsi dan peran para petani dalam mewujudkan produktivitas pertanian.
Pihaknya berupaya menyadarkan siswa tentang alur proses penanaman dan perawatan pohon Jeruk Santang sebelum buahnya bisa dinikmati. “Program ini sekaligus mengapresiasi para petani sebagai pejuang pangan,” tandasnya.
Alhasil melalui detail presentasi SAPO-SAKE program unggulan SMPN 2 Tanjungsari tersebut mampu membuahkan decak kagum dan apresiasi dari peserta ToT lainnya.
Peserta calon SBI yang baru mengikuti ToT tahap 2 merasa tertantang untuk mewujudkan projek serupa di sekolahnya. Seperti disampaikan guru IPA SMPN 1 Cibalong, Iwan Setiawan, S.Si mengaku sangat terinspirasi.
Secara keseluruhan, tilai Iwan, kegiatan digagas Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Science (SEAQIS) ini sangat bermanfaat.
Terlebih selama ToT berlangsung, selain mendapat materi berharga dari Team SEAQIS, para peserta dimanjakan dengan aneka pengetahun terkait pengelolaan perubahan iklim, dipandu ahli di bidangnya.
Diakui para peserta, aktivitas ToT kali ini serasa mengikuti perkuliahan, seperti saat mengkaji materi dari beberapa pakar, baik secara tatap muka maupun secara online.
Materi Pengelolaan Ekosistem Pertanian Berkelanjutan, disampaikan Profesor Pampang Parikesit, PhD dari Departemen Biologi & Center for Environment and Sustainability Science (CESS) – Universitas Padjadjaran.
Pengelolaan Ekosistem Pesisir Tropis Berkelanjutan dipandu Dr. Rudy Alex Wahyudin, S.Pi,. M.Si dan Syamdidi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (PKP).
Pengelolaan Ekosistem Perkotaan Berkelanjutan dari Dr. Ir. Iwan Kustiwan, MT, Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota SAPPK ITB.
Materi menarik lainnya yakni Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Aset Komunitas disampaikan Profesor Isbandi Rukminto Adi dari Universitas Indonesia.
ToT tahap 2 ini diikuti 40 orang peserta dari 19 sekolah tingkat SD, SMP, SMA dan SMK di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Aktivitas dimulai Sabtu (27/05/2023) sampai Kamis (01/06/2023).
Kegiatan tersebut berlangsung di Gedung SEAQIS, Komplek Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Barat Gedung B, Jl. Dr. Cipto No. 09, Pasirkaliki, Cicendo, Kota Bandung Jawa Barat.
Program ini digagas Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Science (SEAQIS). (Roy)***
Leave feedback about this