Peserta, pembimbing dan panitia Olimpiade mata pelajaran seni dan olahraga antar SD se-Garut Selatan.
RAGEM – Asesmen diagnostik merupakan asesmen kurikulum merdeka. Secara spesifik berguna dalam rangka melakukan identifikasi terhadap kompetensi, kekuatan, dan juga kelemahan peserta didik, sehingga pendidik dapat merancang pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik.
Peserta didik yang perkembangan atau hasil belajarnya paling tertinggal berdasarkan hasil asesmen diagnostik, diberikan pendampingan belajar secara khusus. Pada implementasinya, salah satu model asesmen kurikulum merdeka ini, bisa diselenggarakan pada awal tahun ajaran, pada awal lingkup materi, pada awal pembelajaran, ataupun sebelum menyusun pembelajaran secara mandiri.
Model asesmen diagnostik terdiri dari asesmen diagnostik non kognitif yang bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologi dan sosial emosi peserta didik, gaya belajar, aktivitas peserta didik selama belajar di rumah, serta kondisi keluarga peserta didik.
Selanjutnya terdapat asesmen diagnostik kognitif yang bertujuan untuk mengidentifikasi capaian kompetensi peserta didik, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata peserta didik, memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan pada peserta didik yang nilainya berada pada rata-rata bawah.
Dalam penyusunannya, asesmen diagnostik memiliki beberapa teknik yang meliputi tes terlulis, wawancara, observasi, dan juga praktik. Instrumen asesmen dignostik terdiri dari instrumen soal tes tertulis, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan juga pedoman penilaian praktik.
SMPN 1 Cibalong sebagai sekolah penggerak yang mengimplementasikan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP), beber ketua penyelenggara kegiatan, Gesty Friska Septianita, S.Pd dalam menjalankan asesmen diagnostik dilakukan melalui aktivitas bertajuk Olimpiade Mata Pelajaran, Seni dan Olahraga antar SD se-Garut Selatan, diikuti calon peserta didik baru (calon kelas VII) SMPN 1 Cibalong sebagai upaya pencapaian target kurikulum di sekolah penggerak.
Melalui kegiatan ini, ungkap Gesty diharapkan dapat memperoleh informasi awal mengenai kemampuan dasar peserta didik yang dibutuhkan oleh guru dan sekolah. “Tujuannya untuk melaksanakan kurikulum merdeka belajar dengan tepat dan dapat menentukan metode pembelajaran yang sesuai pada peserta didik baru agar mencapai capaian pembelajaran yang maksimal,” terangnya.
Ditambahkan sekretaris kegiatan, Dewi Maryanti Rahayu, S.Pd, hasil projek ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Sekolah dapat memanfaatkannya sebagai dokumen bukti fisik kegiatan dan warga sekolah dapat memanfaatkannya sebagai bahan pembelajaran dalam menyusun laporan juga informasi mengenai kegiatan.
Orang tua siswa, sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya pun, tambah Dewi dapat memanfaatkannya sebagai sumber informasi dan bahan koreksi. “Di akhir kegiatan kami menyusun laporan untuk memberikan gambaran program yang dilaksanakan, sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban tertulis atas pelaksanaan kegiatan,” jelasnya.
Dasar pelaksanaan kegiatan ini, ungkap bendahara kegiatan, Yulia Nur, S.Pd adalah sesusi dengan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56 Tahun 2022 yang merupakan dasar hukum pelaksanaan Asesmen diagnostic dan non diagnostic, dilaksanakan Hari Kamis tanggal 23 Juni 2022 lalu di ruang kelas dan Gazebo Berseka SMPN 1 Cibalong
Pada kegiatan ini calon peserta didik baru SMPN 1 Cibalong mengikuti asesmen diagnostik dengan mengerjakan tes tulis sebanyak 50 butir soal, terdiri dari mata pelajaran Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Olahraga, dan Informatika, berlangsung selama dua jam. “Selain tes tulis terdapat asesmen non diagnostik, yaitu tes minat peserta didik salah satunya adalah pertunjukan seni silat,” terang Yulia Nur. (Roy)***
Leave feedback about this