BIDIK

IKM SMPN 1 Cibalong Diiringi dengan Upaya Mewujudkan Sekolah yang Aman dan Nyaman

Kunjungan kerja Kasi Kurikulum Disdik Garut, Dr. Ajang Rusmana, M.Pd (tengah) didampingi Pengawas Pembina SMPN 1 Cibalong, Hj. Iis Holisoh, M.Si (kanan).

RAGEM – Untuk memastikan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) berjalan dengan baik, Kepala Seksi Kurikulum SMP Disdik Garut, Dr. Ajang Rusmana, M.Pd didampingi Koordinator Pengawas Pembina Sub Rayon 8, Hj. Iis Holisoh, M.Si melakukan kunjungan kerja ke SMPN 1 Cibalong, Kamis (20/10/2022).

Setelah berkeliling memantau kondisi sarana prasarana pendidikan di SMPN 1 Cibalong, Dr. Ajang dan Hj. Iis Holisoh memastikan penerapan pendidikan ramah anak tanpa kekerasan serta upaya pencegahan bullying di SMPN 1 Cibalong berjalan dengan baik. Terlebih sejak tahun pelajaran 2021/2022 SMPN 1 Cibalong telah ditetapkan sebagai Sekolah Penggerak (SP) angkatan 1.

Menurut Dr. Ajang, penerapan kurikulum merdeka akan berjalan dengan baik kalau diiringi dengan penyediaan fasilitas yang memadai, terbebas dari kekerasan fisik maupun kekerasan simbolis. Personal SMPN 1 Cibalong wajib memastikan sekolahnya terbebas dari kekerasan seksual dan bullying. “Sekolah wajib mewujudkan situasi aman dan nyaman untuk belajar,” tandasnya.

Didampingi Pembina OSIS SMPN 1 Cibalong, Robby Nur Awaluddin, S.Pd, Kepala SMPN 1 Cibalong, Ridwan, S.Pd melaporkan keterlaksanaan IKM dan upaya pencegahan kekerasan fisik dan seksual serta pencegahan bullying di sekolahnya. Menurut Ridwan, terkait penetapan sebagai Sekolah Penggerak, IKM di SMPN 1 Cibalong sudah berjalan di tahun ke-2.

Dijelaskan Ridwan, penerapan kurikulum merdeka di sekolahnya secara otomatis diterapkan untuk kelas VII dan VIII, sedangkan kelas IX masih menggunakan kurikulum 2013. “Sebagai sekolah penggerak secara otomatis wajib menggunakan kurikulum sekolah penggerak diluar jalur IKM Mandiri,” jelasnya.

Sedangkan upaya pencegahan terjadinya bullying, kekerasan fisik dan seksual di SMPN 1 Cibalong, diterangkan Robby Nur Awaluddin dilakukan melalui pembinaan karakter siswa, mulai dari kegiatan embun pagi, pembinaan kerohanian setiap hari Jum’at, mengoptimalkan kegiatan ekstrakurikuler dan menyelenggarakan kegiatan pencegahan perundungan melalui Program Roots Indonesia.

Penerapan sistem point merupakan pengawasan melekat mencegah terjadinya pelanggaran tata tertib siswa, sekaligus mendorong siswa berprestasi, aktif, kreatif dan berakhlakul karimah.

Selain melakukan pemasangan tata tertib, di setiap ruangan dan sudut sekolah, papar Robby, pengawasan melekat pun kerap dilakukan melalui pemasangan baner penerapan sistim penambahan dan pengurangan point dengan menampilkan aktivitas positif yang wajib dilakukan siswa menuju pencapaian point 100 dan menunjukkan bentuk potensi pelanggaran yang tidak boleh dilakukan siswa karena dapat mengurangi point 100.

Hal ini dilakukan, tandas Robby, selain upaya mencegah terjadinya pelanggaran sekaligus upaya mendorong siswa agar lebih berprestasi, aktif, kreatif dan berakhlakul karimah. “Upaya ini cukup epektif dalam upaya mewujudkan sekolah yang aman dan nyaman, terbebas dari kekerasn fisik dan perundungan,” ungkapnya. (Roy)***

Exit mobile version